My Sweet Gallery

Kamis, 29 November 2012

WORK SAMPLING


Perlunya Time Study adalah mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.  Hal ini berkaitan erat dengan motion study yang fungsinya merancang metode kerja terbaik saat itu untuk kemudian distandarkan.  Misalnya nih pekerjaan membuat kue apam, setelah mengetahui bagaimana cara pekerja bergerak agar dapat membuat kue yang cepat (dengan menghilangkan elemen-elemen gerak yang tidak bernilai tambah, selanjutnya akan diterangkan dalam Ekonomi Gerakan) kita lalu menghitung waktu standarnya, sebenarnya berapa sih waktu yang dibutuhkan untuk membuat kue apam bila gerakannya benar?  Dari situ kita bisa men-set standar untuk pekerja, dan memperkirakan waktu produksi suatu produk untuk dapat mengecek kapasitas yang tersedia sudahkah memenuhidemand pelanggan.  Mungkin penerapannya lebih jauh bila ada pekerja yg bekerja lebih cepat dr waktu standar bisa diberi bonus, pekerja  yang berada di bawah waktu standar diberi training. And so on.
Teknik pengukuran waktu dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung dan secara tidak langsung. Pengukuran waktu secara  langsung dilakukan langsung di tempat pekerjaan tersebut dikerjakan, caranya antara lain pengukuran dengan cara jam henti (stopwatch) dan sampling pekerjaan. Pengukuran secara tidak  langsung dilakukan dengan melakukan perhitungan waktu tanpa harus  berada di tempat pekerjaan, yaitu dengan cara membaca tabel-tabel  yang tersedia asalkan mengetahui jalannya  pekerjaan melalui elemen-elemen pekerjaan atau elemen-elemen gerakan. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah data waktu baku dan data waktu gerakan.
Well jdi bgaimanakah cara melakukan Work Sampling?
  1. Mengetahui waktu kerja objek yang akan diamati.  Misal jam kerja dari jam 8-17 (8 jam sehari dengan 1 jam istirahat).
  2. Tentukan interval minimum antar pengamatan, misal 7 menit.
  3. Hitung frekuensi pengamatan maksimal per hari.  Misal nih karena kulaih dan ngerjain tugas, kita cuma punya waktu5 jam sehari buat nongkrong di tempat objek kerja.  So frekuensi maksimal = (5×60)/7 = 42.857 kali .
  4. Ambil 2/3 dari jumlah maksimal tsb.  Misal 2/3 x 42 kali = 28 kali.  Buat bilangan random dari 1-42 (klo di Excel rumusnya =RANDBETWEEN(1,42) atau bisa juga pake SPSS dan MathCad).  Pilih waktu yang berkorespondensi dengan bilangan random 1-28 sahaja.  Itulah waktu-waktu kamu harus mengamati objek.
Form pengamatan work sampling
Untuk pengolahan datanya.
Hitung persentase waktu produktif (p), yaitu jumlah tally elemen produktif dibagi jumlah tally total. Kemudian hitung % kegiatan produktif rata-rata.

Yahh, dari situ kamu bisa mengetahui pekerja kamu gabut ato beneran melakukan pekerjaannya.  Kalo gabut dan produktivitas rendah, pecat (lho).  Bisa bener2 tahu pekerja itu ngapain, apakah ngerokok doang pas harusnya kerja, megangin telur (well yeah ini beneran terjadi pd objek yg saya amati), atau pulang ke rumah ketemu istri (ini jg kejadian, waktu kerja malah pulang k rumah).  Bisa dianalisa juga, gabut apakah memang karena kerjaannya yg ga ada..................

Tugas :
1, Tentukan Lokasi Untuk Tugas anda
2. Buat Kelompok yang terdiri dari 3 orang.
3. Lakukan pengamatan   Selama 3 hari berturut - turut dengan tempat dan waktu yg sama.

Selasa, 27 November 2012

Open Coding


Koding
            Koding adalah proses untuk memecahkan data menjadi unit yang lebih kecil (kode), memahami unit-unit tersebut kemudian merangkumnya kembali dalam bentuk kategori dan hubungan antar kategori (axial coding). Unit koding dapat berupa kata-kata, kalimat atau paragraph atau bagian dari data yang memiliki makna tersendiri.
Langkah pertama: melakukan Open Coding, yaitu : Seluruh teks dikode baris demi baris (setiap konsep atau tema yang berbeda)
Sementara menurut stewart (2000), dikarenakan jawaban yang diberikan responden jumlahnya banyak sekali maka harus dilakukan koding.  berikut ini  koding terhadap pendapat orang Kemandirian mahasiswa saat tinggal di kos
20-1 kemandirian itu suatu sikap yang dilakukan untuk  pengerjakan sesuatu dengan sendiri
20-2 Kemandirian itu  segala  sesuatu  pekerjaan  kos  yg  dikerjakan sendiri tanpa bantuan orang  lain.
20-3 Kemandirian itu nyuci sendiri, bersihkan kamar sendiri, segalanya sendiri.
20-4  Kemandirian itu  semua orang tu kerja-kerja sendiri -sendirilah tampa memintak bantuan orang lain
20-5  Kemandirian itu  bagaimana menjadi makluk social ditengah – tengah masyarakat.


Langkah kedua: melakukan Axial Coding, yaitu : Kode-kode dikelompokan kedalam kategori-kategori, sering berwujud sebuah struktur “pohon”
 

Langkah ketiga: melakukan Selective Coding, yaitu : Hubungan antara kategori diuji dan tema baru dikembangkan
“ Cara orang pertama kali belajar kemandirian di kos adalah menjadi anak kos. Sebagai Anak Kos tempat tinggal sangat berpengaruh. Semua Pekerjaan yang tadinya dilakukan oleh orang tua maka saat kos pekerjaaan dilakukan sendiri. Makan, nyuci, bersihkan kamarkos semua dilakukan sendiri. Dengan Hidup sendiri maka menciptakan jiwa yang mandiri, sehingga diperlukan social kemasasyarakatan dengan berinteraksi dilingkungan kos. Ketika sesorang sudah pernah menjadi anak kos maka dengan sendirinya Kemandirian itu sudah terbentuk di jiwa masing – masing.”

Senin, 19 November 2012

KEMENANGAN BERSAMA

 Hari ini Teknik Industri Menorehkan Tinta Emas........Kebangkitan Dimulai
dari perhitungan Suara yg dilaksanakan tadi malam tgl 19 nov 2012 maka sebagai pemenang dalam pemilihan ketua BEM STTD tahun ini adalah  kandidat No 3  Jumlah suara dapat dilihat di :
Dengan jumlah suara :
Kandidat 1. : 55 suara
Kandidat 2 : 117 Suara
Kandidat 3 : 213 Suara

Kepada Team Sukses terima kasih di ucapkan terutapa kepada senior :
1. Rinaldi
2. Wak Jum
3.Bul Bul


 4. Semua Anak T. Ind.  Dan Semester 7 yg tak bisa disebutkan satu persatu..........

5. Segenap Pengurus HMTI......... yg tak bisa disebutkan satu persatu.

5. Alumni

      Perjuangan tidak hanya sampai disini tapi perjuangan baru dimulai....dari hari ini maka bantulah CAPRES &CAWAPRES  salam menyusun kabinet dan program kerja kedepan..




Minggu, 18 November 2012

Kepercayaan Diri

VARIABEL UTAMA
      Kepercayaan Diri

I.              PERMASALAHAN
                        Semua orang sebenarnya punya masalah dengan istilah yang satu ini. Ada orang yang merasa telah kehilangan rasa kepercayaan diri di hampir keseluruhan wilayah hidupnya. Mungkin terkait dengan soal krisis diri, depresi, hilang kendali, merasa tak berdaya menatap sisi cerah masa depan, dan lain-lain. Ada juga orang yang merasa belum pede/percaya diri dengan apa yang dilakukannya atau dengan apa yang ditekuninya.
Ada juga orang yang merasa kurang percaya diri ketika menghadapi lawan jenis, situasi atau keadaan tertentu. Berdasarkan praktek hidup, kita bisa mengatakan bahwa yang terakhir itu normal dalam arti dialami oleh semua manusia.
 II.            TUJUAN
 a)    Untuk mendapatkan penjelasan tentang penyebab seseorang itu tidak percaya diri terhadap lawan jenisnya.
b)    Untuk mendapatkan penjelasan tentang gambaran seseorang itu tidak percaya diri terhadap lawan jenisnya.
c)    Untuk mendapatkan penjelasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang itu tidak percaya diri terhadap lawan jenisnya.
III.           DASAR TEORI
1.    Definisi variable
            Kepercayaan diri menurut martini dan adiyanti ( dalam alsa ,2006 :48 ) kepercayaan Diri diartikan sebagai suatu keyakinan  seorang untuk mampu beprilaku sesuai dengan 
Yang diharap  dan di inginkan. Apabila seorang tidak memiliki kepercayaan diri  maka Banyak  masalah akan timbul  karena kepercayaan  diri merupakan aspek  kepribadian.  Dari seseorang yang berfungsi  penting untuk  mengaktualisasikan potensi yang dimiliki
Menurut George dan Cristian kepercayaan pada diri sendiri adalah kemampuan berfikir rasional (Rational belief) berupa keyakinan-keyakinan, ide-ide dan proses berfikir yang tidak mengandung unsur keharusan yang menuntut individu sehingga menghambat proses perkembangan dan ketika menghadapi problem atau persoalan mampu berfikir ,menilai, menimbang, menganalisa, memutuskan dan melakukan. Rasa Percaya diri (Self-confidence) adalah dimensi evaluatif yang menyeluruh dari diri. Rasa percaya diri juga disebut sebagai harga diri atau gambaran diri (Santrock, 2003:336)  Lautser (dalam Alsa, 2006: 48) menyatakan Kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau perasaan yakin atas kemampuan sendiri sehingga individu yang bersangkutan tidak terlalu cemas dalam setiap tindakan, dapat bebas melakukan hal-hal yang disukai dan bertanggung jawab atas segala perbuatan yang dilakukan, hangat dan sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, dapat menerima dan menghargai orang lain, memiliki dorongan berprestasi serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangan diri. Menurut Corsini kepercayaan diri adalah kepercayaan terhadap kemampuan, kapasitas serta pengambilan keputusan (judgement) yang terdapat dalam dirinya sendiri (dalam Marko Santoso, 2005:54). Berdasar definisi-definisi yang telah dikemukakan maka dapat disimpulkan kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau perasaan yakin atas kemampuan sendiri sehingga individu yang bersangkutan tidak terlalu cemas dalam setiap tindakan, dapat bebas melakukan hal-hal yang disukai dan bertanggung jawab atas segala perbuatan yang dilakukan.
2.    Aspek Aspek Kepercayaan Diri
Menurut Lauster (1997) orang yang memiliki kepercayaan diri yang positif adalah :
a.    Keyakinan akan kemampuan diri yaitu sikap positif seseorang tentang dirinya bahwa mengerti sungguh sungguh akan apa yang dilakukannya.
b.    Optimis yaitu sikap positif seseorang yang selalu berpandangan baik dalam menghadapi segala hal tentang diri, harapan dan kemampuan.
c.    Obyektif yaitu orang yang percaya diri memandang permasalahan atau segala sesuatu sesuai dengan kebenaran semestinya, bukan menurut kebenaran pribadi atau menurut dirinya sendiri.
d.    Bertanggung jawab yaitu kesediaan seseorang untuk menanggung segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya.
e.    Rasional dan realistis yaitu analisa terhadap suatu masalah, suatu hal, sesuatu kejadian dengan mengunakan pemikiran yang diterima oleh akal dan sesuai dengan kenyataan.

3.    Faktor faktor yang Mempegaruhi Terbentuknya Kepercayaan Diri
Kepercayaan diri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal:
a) Faktor internal, meliputi:
  1. Konsep diri. Terbentuknya keperayaan diri pada seseorang diawali dengan perkembangan konsep diri yang diperoleh dalam pergaulan suatu kelompok.
Menurut Centi (1995), konsep diri merupakan gagasan tentang dirinya sendiri. Seseorang yang mempunyai rasa rendah diri biasanya mempunyai konsep diri negatif, sebaliknya orang yang mempunyai rasa percaya diri akan memiliki konsep diri positif.
  1. Harga diri. Meadow (dalam Kusuma, 2005 ) Harga diri yaitu penilaian yang dilakukan terhadap diri sendiri. Orang yang memiliki harga diri tinggi akan menilai pribadi secara rasional dan benar bagi dirinya serta mudah mengadakan hubungan dengan individu lain.
Orang yang mempunyai harga diri tinggi cenderung melihat dirinya sebagai individu yang berhasil percaya bahwa usahanya mudah menerima orang lain sebagaimana menerima dirinya sendiri. Akan tetapi orang yang mempuyai harga diri rendah bersifat tergantung, kurang percaya diri dan biasanya terbentur pada kesulitan sosial serta pesimis dalam pergaulan.
  1. Kondisi fisik. Perubahan kondisi fisik juga berpengaruh pada kepercayaan diri. Anthony (1992) mengatakan penampilan fisik merupakan penyebab utama rendahnya harga diri dan percaya diri seseorang. Lauster (1997) juga berpendapat bahwa ketidakmampuan fisik dapat menyebabkan rasa rendah diri yang kentara.
  2. Pengalaman hidup. Lauster (1997) mengatakan bahwa kepercayaan diri diperoleh dari pengalaman yang mengecewakan adalah paling sering menjadi sumber timbulnya rasa rendah diri. Lebih lebih jika pada dasarnya seseorang memiliki rasa tidak aman, kurang kasih sayang dan kurang perhatian.
b) Faktor eksternal meliputi:
  1. Pendidikan. Pendidikan mempengaruhi kepercayaan diri seseorang. Anthony (1992) lebih lanjut mengungkapkan bahwa tingkat pendidikan yang rendah cenderung membuat individu merasa dibawah kekuasaan yang lebih pandai, sebaliknya individu yang pendidikannya lebih tinggi cenderung akan menjadi mandiri dan tidak perlu bergantung pada individu lain. Individu tersebut akan mampu memenuhi keperluan hidup dengan rasa percaya diri dan kekuatannya dengan memperhatikan situasi dari sudut kenyataan.
  2. Pekerjaan. Rogers (dalam Kusuma,2005) mengemukakan bahwa bekerja dapat mengembangkan kreatifitas dan kemandirian serta rasa percaya diri. Lebih lanjut dikemukakan bahwa rasa percaya diri dapat muncul dengan melakukan pekerjaan, selain materi yang diperoleh. Kepuasan dan rasa bangga di dapat karena mampu mengembangkan kemampuan diri.
  3. Lingkungan dan Pengalaman hidup. Lingkungan disini merupakan lingkungan keluarga dan masyarakat. Dukungan yang baik yang diterima dari lingkungan keluarga seperti anggota kelurga yang saling berinteraksi dengan baik akan memberi rasa nyaman dan percaya diri yang tinggi. Begitu juga dengan lingkungan masyarakat semakin bisa memenuhi norma dan diterima oleh masyarakat, maka semakin lancar harga diri berkembang (Centi, 1995). Sedangkan pembentukan kepercayaan diri juga bersumber dari pengalaman pribadi yang dialami seseorang dalam perjalanan hidupnya. Pemenuhan kebutuhan psikologis merupakan pengalaman yang dialami seseorang selama perjalanan yang buruk pada masa kanak kanak akan menyebabkan individu kurang percaya diri (Drajat, 1995). 
 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri pada individu, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi konsep diri, harga diri dan keadaan fisik. Faktor eksternal meliputi pendidikan, pekerjaan, lingkungan dan pengalaman hidup.

Faktor-faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri pada seseorang menurut Hakim (2002:121) muncul pada dirinya sebagai berikut:

    1. Lingkungan keluarga
Keadaan keluarga merupakan lingkungan hidup yang pertama dan utama dalam kehidupan setiap manusia, lingkungan sangat mempengaruhi pembentukan awal rasa percaya diri pada seseorang. Rasa percaya diri merupakan suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang ada pada dirinya dan diwujudkan dalam tingkah laku sehari-hari.
Berdasarkan pengertian di atas, rasa percaya diri baru bisa tumbuh dan berkembang baik sejak kecil, jika seseorang berada di dalam lingkungan keluarga yang baik, namun sebaliknya jika lingkungan tidak memadai menjadikan individu tersebut untuk percaya diri maka individu tersebut akan kehilangan proses pembelajaran untuk percaya pada dirinya sendiri. Pendidikan keluarga merupakan pendidikan pertama dan utama yang sangat menentukan baik buruknya kepribadian seseorang.
Hakim (2002:121) menjelaskan bahwa pola pendidikan keluarga yang bisa diterapkan dalam membangun rasa percaya diri anak adalah sebagai berikut :
1)    Menerapkan pola pendidikan yang demokratis
2)    Melatih anak untuk berani berbicara tentang banyak hal
3)    Menumbuhkan sikap mandiri pada anak
4)    Memperluas lingkungan pergaulan anak
5)    Jangan terlalu sering memberikan kemudahan pada anak
6)    Tumbuhkan sikap bertanggung jawab pada anak
7)    Setiap permintaan anak jangan terlalu dituruti
8)    Berikan anak penghargaan jika berbuat baik
9)    Berikan hukuman jika berbuat salah
10)  Kembangkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki anak
11)  Anjurkan anak agar mengikuti kegiatan kelompok di lingkungan rumah
12)  Kembangkan hoby yang positif
13)  Berikan pendidikan agama sejak dini

b)      Pendidikan formal
Sekolah bisa dikatan sebagai lingkungan kedua bagi anak, dimana sekolah merupakan lingkungan yang paling berperan bagi anak setelah lingkungan keluarga di rumah. Sekolah memberikan ruang pada anak untuk mengekpresikan rasa percaya dirinya terhadap teman-teman sebayanya.

Hakim (2002:122) menjelaskan bahwa rasa percaya diri siswa di sekolah bisa dibangunn melalui berbagai macam bentuk kegiatan sebagai berikut :
a)    Memupuk keberanian untuk bertanya
b)    Peran guru/pendidik yang aktif bertanya pada siswa
c)    Melatih berdiskusi dan berdebat
d)    Mengerjakan soal di depan kelas
e)    Bersaing dalam mencapai prestasi belajar
f)     Aktif dalam kegiatan pertandingan olah raga
g)    Belajar berpidato
h)    Mengikuti kegiatan ekstrakulikuler
i)      Penerapan disiplin yang konsisten
j)      Memperluas pergaulan yang sehat dan lain-lain

c)      Pendidikan non formal
Salah satu modal utama untuk bisa menjadi seseorang dengan kepribadian yang penuh rasa percaya diri adalah memiliki kelebihan tertentu yang berarti bagi diri sendiri dan orang lain. Rasa percaya diri akan menjadi lebih mantap jika seseorang memiliki suatu kelebihan yang membuat orang lain merasa kagum. Kemampuan atau keterampilan dalam bidang tertnetu bisa didapatkan melalui pendidikan non formal misalnya : mengikuti kursus bahasa asing, jurnalistik, bermain alat musik, seni vokal, keterampilan memasuki dunia kerja (BLK), pendidikan keagamaan dan lain sebagainya. Sebagai penunjang timbulanya rasa percaya diri pada diri individu yang bersangkutan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri yang lain menurut Angelis (2003:4) adalah sebagai berikut:
Kemampuan pribadi: Rasa percaya diri  hanya timbul pada saat seseorang mengerjakan sesuatu yang memang mampu dilakukan.
Keberhasilan seseorang: Keberhasilan seseorang ketika mendapatkan apa yang selama ini diharapkan dan cita-citakan akan menperkuat timbulnya rasa percaya diri.
Keinginan: Ketika seseorang menghendaki sesuatu maka orang tersebut akan belajar dari kesalahan yang telah diperbuat untuk mendapatkannya.
Tekat yang kuat: Rasa percaya diri yang datang ketika seseorang memiliki tekat yang kuat untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu kemampuan yang dimiliki individu dalam mengerjakan sesuatu yang mampu dilakukannya, keberhasilan individu untuk mendapatkan sesuatu yang mampu dilakukan dan dicita-citakan, keinginan dan tekat yang kuat untuk memperoleh sesuatu yang diinginkan hingga terwujud. Faktor eksternal yaitu lingkungan keluarga di mana lingkungan keluarga akan memberikan pembentukan awal terhadap pola kepribadian seseorang. Yang kadua adalah lingkungan formal atau sekolah, dimana sekolah adalah tempat kedua untuk senantiasa mempraktikkan rasa percaya diri individu atau siswa yang telah didapat dari lingkungan keluarga kepada teman-temannya dan kelompok bermainnya. Yang ketiga adalah lingkungan pendidikan non formal temapat individu menimba ilmu secara tidak langsung belajar ketrampilan-keterampilan sehingga tercapailah keterampilan sebagai salah satu faktor pendukung guna mencapai rasa percaya diri pada individu yang bersangkutan.

Jumat, 16 November 2012

CAPRES & CAWAPRES 2012/2013 STTD




Mari Bersatu NO 3
Hasil Rapat HMTI & DEWAN PENASEHAT
Panggilan Ibu Pertiwi : agar Seluruh Anggota HMTI STTD dumai agar menyatukan suara BAHWA PEMILIHAN SUARA UNTUK CALON PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN BEM STT DUMAI BERLANGSUNG PADA HARI SENIN, TANGGAL 19 NOPEMBER 2013, MULAI PUKUL 08.00 SAMPAI DENGAN 20.00 WIB. DIHARAPKAN SEMUA MHASISWA BERPARTISIPASI PENUH, DEMI TERPILIHNYA PRESIDEN BEM YANG BARU PERIODE 2012-2013......SELAMAT MEMILIH.. Untuk No 3.........

Komentar Anda

Tulislah dengan kata - kata Sopan

KENANGAN