My Sweet Gallery

Sabtu, 25 April 2009

BAB IV

MATERIAL HANDLING PRODUKSI

Setiap perusahaan industri mau tidak mau akan terlibat dalam masalah transportasi (pengangkutan) bahan atau yang disebut dengan material handling (penanganan bahan). Transportasi dalam hal ini adalah bagaimana cara yang terbaik untuk memindahkan bahan dari satu tempat proses produksi ke tempat proses produksi yang lain.

Secara garis besar transportasi dalam masalah material handling ini adalah memindahkan bahan dari mobil pengangkut ke gudang bahan mentah, kemudian dipindahkan ke bagian operasi pertama, dan selanjutnya ke tempat operasi yang lain, dan akhirnya menuju gudang barang jadi dan diangkut ke mobil pengangkut.

Pada dasarnya langkah transportasi adalah tidak produktif, karena pada langkah ini bahan tidaklah mendapat perubahan bentuk atau penaikan nilai, sehingga sebenarnya akan mengurangi efesiensi produksi. Salah satu cara untuk menaikkan efesiensi produksi, adalah dengan mengurangi langkah transportasi.

Menghilangkan transportasi, tidaklah mungkin dilakukan. Maka cara adalah dengan melakukan hands-off, yaitu menekan jumlah ongkos yang dikeluarkan untuk biaya transportasi.

Menekan jumlah ongkos transportasi dapat dilakukan dengan cara menghapus langkah transportasi, mekanisasi, atau meminimasi jarak.


4.1 Perhitungan Ongkos Material Handing

Di dalam merancang Tata Letak Pabrik, maka aktivitas pemindahan bahan (material handling) merupakan salah satu faktor yang cukup penting untuk diperhatikan dan diperhitungkan. Aktivitas pemindahan tersebut dapat ditentukan dengan terlebih dahulu memperhatikan aliran bahan yang terjadi dalam suatu operasi. Selanjutnya hal yang harus diperhatikan adalah type lay out yang akan digunakan.

Ongkos material handling adalah ongkos yang dikeluarkan untuk melakukan pemindahan material dari satu departemen menuju departemen yang lain untuk dilakukannya proses produksi selanjutnya.

Beberapa aktivitas pemindahan bahan yang perlu diperhitungkan adalah sebagai berikut

  • Pemindahan bahan dari gudang bahan baku (Receiving) menuju departemen fabrikasi maupun departemen assembling.
  • Pemindahan bahan yang terjadi dari satu departemen menuju departemen yang lainnya.
  • Pemindahan bahan dari departemen assembling menuju gudang bahan jadi (Shipping)
  • Alat Angkut yang Dipergunakan

Pemilihan jenis alat angkut didasari terhadap besar beban material yang harus dipindahkan, dimana jenis alat angkut yang dipergunakan bergantung pada spesifikasi alat angkut dalam melakukan operasinya. Beberapa alat-alat angkut yang biasa dipergunakan adalah :

· Alat angkut dengan menggunakan tenaga manusia (0 - 5 kg)

· Alat angkut dengan menggunakan walky fallet (5 - 30 kg)

· Alat angkut dengan menggunakan lift truck (di atas 30 kg)

Setelah ditentukan alat angkut yang akan digunakan, maka selanjutnya dapat ditentukan ongkos alat angkut berdasarkan jarak tempuh (meter gerakan).

/ Jarak pengangkutan

Jarak akan mempengaruhi terhadap ongkos dalam hal mengkompensasikan besarnya ongkos yang harus dikeluarkan dalam setiap kali pemindahan material. Perhitungan OMH ini merupakan perhitungan tahap ertama, karena akan dilakukan lagi perhitungan OMH yang merupakan revisi dari perhitungan tahap pertama. Pada perhitungan tahap pertama ini, jarak antara departemen yang mengalami aktivitas pengangkutan diasumsikan berdampingan. Selain itu untuk mengoptimalkan jarak antar aktivitas tersebut, maka letak departemen untuk sementara diasumsikan berbentuk bujursangkar dan berdampingan.

Departement

A

Departement

B

Berdasarkan jumlah kapasitas produksi yang harus ditangani, maka ongkos material handling awal di PT. SAGA HAMBALI PERKASA dapat dilihat pada lampiran.

4.2 Perhitungan From To Chart

Data from to chart didapat dari ongkos material handling yang didapat dari tabel ongkos material handling. Seluruh ongkos yang dikeluarkan dimasukkan satu persatu ke setiap kolom yang sesuai dengan arah perpindahan material.

Berdasarkan ongkos material handling yang telah dibuat sebelumnya, maka dengan memasukkan data ongkos berdasarkan arah perpindahannya akan didapat from to chart untuk produksi Kemeja dan celana panjang yang akan diproduksi. Perlu untuk diingat, bahwa rasio-rasio yang terjadi akan menjadi patokan untuk dilakukannya revisi tata letak fasilitas.

Cara pengisian from to chart :

· Perhatikan total ongkos dari tabel OMH, kemudian maukkan nilai total ongkos tersebut disesuaikan dengan pengangkutan bahan dari satu tempat ke tempat lainnya.

· Jumlah total ongkos setiap baris dan setiap kolom juga total ongkos secara keseluruhan.

From to chart untuk produksi Celana Panjang dan Kemeja di PT. GUMINDO ALAM RAYA pada lampiran.

4.3 Perhitungan Out Flow dan In Flow

Dari hasil from to chart, maka untuk perhitungan out flow didapat ratio antara ongkos yang keluar dari suatu departemen ke departemen lainnya. Secara matematika dapat dirumuskan sebagai berikut.

Ongkos di departemen yang dituju

Out Flow Ratio =

Ongkos yang keluar dari departemen yang dituju

Sedangkan untuk perhitungan in flow, maka akan didapat ratio antara ongkos yang masuk ke suatu departemen dari departemen lainnya. Secara matematika dapat dirumuskan sebagai berikut.

Ongkos di departemen yang dituju

In Flow Ratio =

Ongkos yang masuk ke departemen yang dituju

Berdasarkan ongkos material handling yang telah dibuat sebelumnya, maka dengan memasukkan data ongkos berdasarkan arah perpindahannya akan didapat out flow, dan in flow untuk produksi celana dan kemeja panjang yang akan diproduksi. Perlu untuk diingat, bahwa ratio-ratio yang terjadi akan menjadi patokan untuk dilakukannya revisi tata letak fasilitas.

Out flow dan in flow untuk produksi celana panjang dan kemeja di PT. GUMINDO ALAM RAYA dapat dilihat pada lampiran.

4.4 Tabel Skala Prioritas

Tata letak fasilitas akan berpengaruh sekali terhadap besarnya biaya yang dikeluarkan untuk penanganan material. Biaya ini dapat ditekan dengan memanfaatkan tabel skala prioritas yang dibuat berdasarkan hasil ratio ongkos keluar masuknya material handling.

Sehingga dengan kata lain Tabel Skala Prioritas adalah suatu tabel yang menggambarkan urutan prioritas antara departemen dalam suatu lintas/lay-out produksi. Tabel skala prioritas ini didapat setelah menghitung out flow dan in flow. Dimana prioritas diurutkan berdasarkan harga koefisien ongkosnya.

Tujuan dari dibuatnya tabel skala prioritas adalah sebagai berikut :

v Untuk meminimumkan ongkos

v Untuk memperkecil jarak handling

v Untuk mengoptimalkan layout

Dengan menyusun secara rangking dari ongkos terbesar hingga terkecil, maka tabel skala prioritas untuk produksi Celana panjang dan kemeja di PT. GUMINDO ALAM RAYA dapat dilihat pada lampiran.

4.5 Activity Relationship Diagram

Activity Relationship Diagram adalah diagram hubungan antar aktivitas (departemen/mesin) berdasarkan tingkat prioritas kedekatan, sehingga diharapkan ongkos handling minimum.

Dasar untuk membuat Activity Relationship Diagram yaitu tabel skala prioritas, jadi yang menempati prioritas pertama pada tabel skala prioritas harus didekatkan letaknya lalu diikuti prioritas berikutnya.

Perlu untuk diingat bahwa hasil dari Activity Relationship Diagram adalah belum tentu yang terbaik, untuk itu maka sebagai kelanjutannya adalah melakukan revisi kembali sehingga akan didapat tata letak fasilitas yang menghasilkan ongkos transportasi yang rendah.

Berdasarkan dari hasil penyeleksian terhadap Tabel Skala Prioritas, maka Activity Relationship Diagram untuk produksi Celana panjang dan Kemeja di PT. SAGA HAMBALI PERKASA dapat dilihat pada halaman berikut :

4.6 Revisi Ongkos Material Handling

Revisi dilakukan untuk akhirnya mendapatkan tata letak fasilitas yang menghasilkan ongkos penanganan material yfang sekecil mungkin. Hal ini mungkin menjadi salah satu strategi perusahaan untuk memperkecil biaya produksi sehingga dapat diusahakan untuk mengurangi harga pokok penjualan sehingga dapat menambah keuntungan perusahaan.

Revisi untuk ongkos material handling dilakukan dengan melihat activity relationship diagram yang sebelumnya dengan mencari alternatif jarak terkecil dari satu departemen menuju departemen lain.

Berdasarkan hasil penyeleksian jarak terkecil antar departemen, maka didapat ongkos material handling revisi yang dapat dilihat pada halaman berikut :

4.7 Revisi From To Chart

Dengan melihat revisi ongkos material handling, maka dapat dilakukan revisi pada from to chart dengan melakukan langkah-langkah yang sama pada pengerjaan from to chart sebelumnya.

Untuk from to chart revisi dapat dilihat pada lampiran

4.8 Revisi Out Flow dan In flow

Dengan melihat form to chart revisi, maka dapat dilakukan revisi pada out flow dan in flow dengan melakukan langkah-langkah yang sama pada pengerjaan out flow dan in flow sebelumnya.

Untuk out flow dan in flow revisi dapat dilihat pada lampiran.

4.9 Tabel Skala Prioritas Revisi

Dengan melihat out flow revisi atau in flow revisi, maka dapat dilakukan penyusunan tabel skala prioritas revisi dengan langkah-langkah pengerjaan yang sama pada pengerjaan tabel skala prioritas sebelumnya.

Untuk tabel skala prioritas revisi dapat dilihat pada lampiran

4.10 Revisi Activity Relationship Diagram

Revisi yang dilakukan adalah dengan melakukan langkah-langkah yang sama seperti di atas, sehingga akhirnya mendapatkan activity relationship diagram revisi dengan melihat tabel skala prioritas revisi untuk menyusun letak antar departemen.


Tidak ada komentar:

Komentar Anda

Tulislah dengan kata - kata Sopan

KENANGAN