My Sweet Gallery
Senin, 29 Oktober 2012
Selasa, 09 Oktober 2012
Sabtu, 06 Oktober 2012
Rabu, 03 Oktober 2012
ANALISIS PERANCANGAN KERJA
Analisis perancangan kerja pada awalnya dikembangkan oleh F.W. Taylor
dan F.B. Gilberth. Penelitian-penelitian mereka sesungguhnya tidak
dilakukan secara bersamaan, namun hasil-hasil penelitian mereka telah
digabungkan dan dikembangkan sehingga akhirnya dikenal sebagai Teknik
Tata Cara Kerja atau Methods Engineering.
A. Tokoh-Tokoh Teknik Tata Cara Kerja
F.W.
Taylor merupakan tokoh yang terkenal dengan penelitian pengukuran
waktunya. Hasil penelitian F.W. Taylor menunjukkan bahwa hasil kerja
seseorang sangat dipengaruhi oleh lamanya waktu bekerja, waktu
istirahat, dan frekuensi istirahat. Sehubungan dengan penerapan hasil
penelitiannya ini, Taylor melakukan pengukuran-pengukuran waktu dengan menggunakan stop watch. Ilmu-ilmu
di bidang pengukuran waktu selanjutnya mengalami perkembangan, seperti
lahirnya Data waktu Standard, Data Waktu Gerakan, dan penggunaan work sampling sebagai salah satu alternatif lain dalam pengukuran waktu.
Tokoh
lainnya yang juga berperan besar dalam pengembangan teknik tata cara
kerja adalah F.B. Gilberth. Penelitian-penelitian yang dilakukan
Gilberth adalah terkait dengan gerakan-gerakan kerja operator yang
diamati dengan menggunakan rekaman kamera. Penelitian tersebut berujung
pada penemuan suatu prosedur untuk menganalisa gerakan kerja dan
memperbaikinya. Prosedur tersebut adalah membagi gerakan-gerakan kerja
menjadi elemen-elemen gerakan dasar yang merupakan bagian dari suatu
gerakan.
Elemen-elemen
gerakan yang dikembangkan oleh Gilberth berjumlah 17 buah dan dan
dengan elemen-elemen inilah perbaikan-perbaikan gerakan dilakukan. F.B.
Gilberth menerbitkan bukunya pada tahun 1991 berjudul “Motion Study”.
Selain itu, ia mengembangkan prinsip-prinsip perancangan sistem kerja
yang dikenal sebagai Ekonomi Gerakan. Prinsip-prinsip ini dimaksudkan
untuk mendapatkan suatu sistem kerja yang terancang baik sehingga
memudahkan dan menyamankan gerakan-gerakan kerja untuk sejauh mungkin
menghindarkan atau melambatkan datangnya kelemahan (fitique).
B. Perkembangan Teknik Tata Cara Kerja
Ilmu-ilmu yang dikembangkan oleh Taylor
dan Gilberth selanjutnya diterapkan secara bersama-sama sebagai suatu
kesatuan yang saling melengkapi. Dalam perkembangannya, kemudian
keduanya dipandang sebagai satu kesatuan yang dikenal dengan nama “Time
and Motion Study” atau studi waktu dan gerakan, istilah lainnya untuk
hal ini adalah Methods Engineerings. Setelah teknik pengukuran waktu dan prinsip-prinsip dalam studi gerakan melebur menjadi satu sebagai methods engineerings, dilakukan berbagai penelitian untuk mengembangkannya. Salah satu penelitian tersebut antara lain sampling pekerjaan (work sampling)
oleh L.H.C Tippet di Inggris pada tahun 1930-an. Hal ini memungkinkan
dilakukannya pengukuran waktu bagi pekerja-pekerja tak langsung.
Data waktu baku
merupakan pengembangan dan penyusunan data tentang waktu-waktu kerja
bagi berbagai pekerja dan elemen-elemennya. Pada teknik ini, pengukuran
waktu dan prinsip-prinsip studi gerakan dipadu dengan teknik-teknik
matematik. Perkembangan lebih lanjut dari hal ini adalah Data Waktu
Gerakan, yaitu merupakan pengembangan dan penyusunan data secara baku bagi elemen-elemen gerakan.
Pekerja
sebagai faktor hidup dalam suatu kegiatan sistem kerja sangat
mempengaruhi tercapai atau tidaknya tujuan kerja, sebab manusia akan
membawa berbagai sifat dan kemampuannya dalam bekerja. Penelitian
terhadap faktor manusia dalam bekerja mengalami perkembangan secara
cukup signifikan. Hal ini berujung pada terciptanya bidang ilmu Human Factors Engineering atau Ergonomi.
C. Pengertian dan Ruang Lingkup Tata Cara Kerja
Teknik tata cara kerja adalah suatu ilmu yang terdiri dari
teknik-teknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan rancangan (desain)
terbaik dari sistem kerja. Teknik-teknik dan prinsip-prinsip ini
digunakan untuk mengatur komponen-komponen sistem kerja yang terdiri
dari manusia dengan sifat dan kemampuan-kemampuannya, bahan,
perlengkapan, dan peralatan kerja serta lingkungan kerja sehingga
dicapai tingkat efisiensi dan produktifitas yang tinggi yang diukur
berdasarkan waktu yang dihabiskan, tenaga yang dipakai, serta
akibat-akibat sosiologis, dan psikologis yang ditimbulkannya.
Ruang
lingkup ilmu teknik tata cara kerja dapat dibagi ke dalam dua bagian
besar, yaitu pengaturan dan pengukuran kerja. Peraturan kerja berisi
prinsip-prinsip mengatur komponen-komponen sistem kerja untuk
mendapatkan alternatif-alternatif sistem kerja yang terbaik. Pada bagian
pengaturan ini kita dipersenjatai dengan prinsip-prinsip yang harus
diperhatikan dan diusahakan pelaksanaannya. Prinsip-prinsip kerja ini
pada akhirnya akan membantu kita untuk memperoleh alternatif-alternatif
sistem kerja terbaik. Hal-hal yang diatur dengan prinsip-prinsip
pengaturan kerja antara lain terdiri dari faktor-faktor manusia, studi
gerakan, dan ekonomi gerakan.
Teknik tata cara kerja tidak hanya membahas tentang
prinsip-prinsip pengaturan kerja, melainkan membahas pula tentang
teknik-teknik pengukuran kerja. Teknik-teknik pengukuran kerja tersebut
terdiri dari pengukuran waktu, pengukuran tenaga, pengukuran psikologis,
dan pengukuran sosiologis. Keempat hal tersebut merupakan empat
kriteria yang dipandang sebagai pengukur yang baik. Artinya suatu sistem
kerja dinilai baik jika sistem ini memungkinkan waktu penyelesaian
sangat singkat, tenaga yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan
sangat sedikit dan akibat-akibat psikologis dan sosiologis yang
ditimbulkan sangat minim.
Pada proses pengukuran waktu, dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok
besar, yaitu pengukuran waktu secara langsung dan tidak langsung. Pada
percobaan ini menggunakan pengukuran waktu secara langsung dengan
menggunakan jam henti (stopwatch).
Cara mengukur dengan melakukan dua pendekatan diatas dijelaskan sebagai berikut :
Adapun langkah –langkah untuk menentukkan waktu baku secara langsung adalah sebagai berikut :
a. Melakukan penelitian pendahuluan
Penelitian pendahuluan yang dimaksud adalah penelitian terhadap waktu. Karena maksud dari pengukuran waktu adalah untuk mengetahui berapa waktu yang pantas diberikan kepada pekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan hasil yang terbaik.
b. Memilih operator
Operator yang akan melakukan pekerjaan harus bisa diandalkan, memenuhi beberapa persyaratan tertentu agar pengukuran dapat berjalan baik dan hasilnya juga dapat diandalkan. Syarat – syarat tersebut antara lain berkemampuan normal dan dapat diajak bekerja sama.
c. Melakukan pengukuran pendahuluan
Pengukuran harus ditetapkan terlebih dahulu dengan tujuan mengetahui untuk apa hasil pengukuran digunakan, berapa tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diinginkan dari hasil pengukuran tersebut.
d. Melakukan pengujian keseragaman data
Dengan tujuan untuk memastikan bahwa data yang terkumpul berasal dari system yang sama.
e. Melakukan pengujian kecukupan data
Uji kecukupan data diperlukan untuk memastikan bahwa yang telah dikumpulkan adalah cukup secara obyektif.
f. Menentukkan waktu siklus
g. Menentukkan faktor penyesuaian dan waktu normal
Faktor penyesuian digunakan untuk menentukkan kewajaran dari operator. Beberapa cara menentukkan factor penyesuaian adalah dengan cara :
1. Presentase
2. Shumard
3. Westing House
4. Objectif
h. Menentukkan faktor kelonggaran dan waktu baku
Faktor kelonggaran diberikan untuk 3 hal yaitu :
1. Kebutuhan pribadi
2. Menghilangkan rasa fatique
3. Hambatan – hambatan yang tidak dapat dihindarkan
Dalam memilih cara kerja yang tebaik berdasarkan patokan waktu maka yang harus kita lakukan ialah melaksanakan pengukuran atas alternative yang ada dan kemudian dipilih waktu penyelesaian yang tersingkat.
Untuk mendapatkan waktu baku dengan pengukuran langsung secara umum kita perlu melakukan langkah – langkah sebagai berikut :
1. Menentukkan tingkat ketelitian dan tingkat kepercayaan yang diinginkan
2. Melakukan penelitian pendahuluan, yaitu penelitian dengan maksud untuk mendapatkan cara kerja yang terbaik. Jika belum, lakukan perbaikan, jika sudah maka cara kerja dibakukan secara tertulis.
3. Memilih operator yang akan diukur waktunya, dengan syarat bekerja normal dan wajar.
4. Memberi penjelasan pada operator tentang maksud dan pentingnya waktu baku.
5. Bila mungkin bagi pekerjaan atas elemen – elemen pekerjaan. Hal ini penting untuk mengetahui dimana waktu yang paling banyak dihabiskan.
6. Lakukan pengukuran pendahuluan untuk mengetahui berapa kira – kira jumlah pengukuran yang diperlukan.
7. Lakukan pengujian keseragaman data.
8. Lakukan test kecukupan data.
9. Jumlah pengukuran yang diperlukan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
(Untuk tingkat kepercayaan 95% dan tingkat ketelitian 10%).
N = 20 ∑ Xi – ( ∑ Xi )2
∑ Xi
N = Jumlah pengukuran pendahuluan
Xi = Waktu penyelesaian yang diukur pada waktu ke-i
Data dikatakan cukup bila N’≤ N, dan bila tidak maka lakukan pengukuran tambahan.
10. Tentukan waktu siklus rata – rata
Ws = ∑ Xi
N
11. Tentukan waktu normal
Wn = Ws x P
P = Faktor penyesuaian
12. Hitung waktu baku
Wb = Wo ( 1 + a )
a = Kelonggaran
Cara mengukur dengan melakukan dua pendekatan diatas dijelaskan sebagai berikut :
- Langsung, ialah cara pengukuran yang dilakukan dengan pengamatan langsung ditempat dimana pekerjaan tersebut dilaksanakan. Contoh : jam henti dan smapling pekerjaan.
- Tidak langsung, ialah pengukuran dimana sipengukur tidak harus ada ditempat pekerjaan dilaksanakan melainkan dengan menganalisis tabel – tabel yang telah dibuat sebelumnya dengan syarat mengetahui elemen – elemen gerakan atau elemen – elemen pekerjaannya.
Adapun langkah –langkah untuk menentukkan waktu baku secara langsung adalah sebagai berikut :
a. Melakukan penelitian pendahuluan
Penelitian pendahuluan yang dimaksud adalah penelitian terhadap waktu. Karena maksud dari pengukuran waktu adalah untuk mengetahui berapa waktu yang pantas diberikan kepada pekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan hasil yang terbaik.
b. Memilih operator
Operator yang akan melakukan pekerjaan harus bisa diandalkan, memenuhi beberapa persyaratan tertentu agar pengukuran dapat berjalan baik dan hasilnya juga dapat diandalkan. Syarat – syarat tersebut antara lain berkemampuan normal dan dapat diajak bekerja sama.
c. Melakukan pengukuran pendahuluan
Pengukuran harus ditetapkan terlebih dahulu dengan tujuan mengetahui untuk apa hasil pengukuran digunakan, berapa tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diinginkan dari hasil pengukuran tersebut.
d. Melakukan pengujian keseragaman data
Dengan tujuan untuk memastikan bahwa data yang terkumpul berasal dari system yang sama.
e. Melakukan pengujian kecukupan data
Uji kecukupan data diperlukan untuk memastikan bahwa yang telah dikumpulkan adalah cukup secara obyektif.
f. Menentukkan waktu siklus
g. Menentukkan faktor penyesuaian dan waktu normal
Faktor penyesuian digunakan untuk menentukkan kewajaran dari operator. Beberapa cara menentukkan factor penyesuaian adalah dengan cara :
1. Presentase
2. Shumard
3. Westing House
4. Objectif
h. Menentukkan faktor kelonggaran dan waktu baku
Faktor kelonggaran diberikan untuk 3 hal yaitu :
1. Kebutuhan pribadi
2. Menghilangkan rasa fatique
3. Hambatan – hambatan yang tidak dapat dihindarkan
Dalam memilih cara kerja yang tebaik berdasarkan patokan waktu maka yang harus kita lakukan ialah melaksanakan pengukuran atas alternative yang ada dan kemudian dipilih waktu penyelesaian yang tersingkat.
Untuk mendapatkan waktu baku dengan pengukuran langsung secara umum kita perlu melakukan langkah – langkah sebagai berikut :
1. Menentukkan tingkat ketelitian dan tingkat kepercayaan yang diinginkan
2. Melakukan penelitian pendahuluan, yaitu penelitian dengan maksud untuk mendapatkan cara kerja yang terbaik. Jika belum, lakukan perbaikan, jika sudah maka cara kerja dibakukan secara tertulis.
3. Memilih operator yang akan diukur waktunya, dengan syarat bekerja normal dan wajar.
4. Memberi penjelasan pada operator tentang maksud dan pentingnya waktu baku.
5. Bila mungkin bagi pekerjaan atas elemen – elemen pekerjaan. Hal ini penting untuk mengetahui dimana waktu yang paling banyak dihabiskan.
6. Lakukan pengukuran pendahuluan untuk mengetahui berapa kira – kira jumlah pengukuran yang diperlukan.
7. Lakukan pengujian keseragaman data.
8. Lakukan test kecukupan data.
9. Jumlah pengukuran yang diperlukan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
(Untuk tingkat kepercayaan 95% dan tingkat ketelitian 10%).
N = 20 ∑ Xi – ( ∑ Xi )2
∑ Xi
N = Jumlah pengukuran pendahuluan
Xi = Waktu penyelesaian yang diukur pada waktu ke-i
Data dikatakan cukup bila N’≤ N, dan bila tidak maka lakukan pengukuran tambahan.
10. Tentukan waktu siklus rata – rata
Ws = ∑ Xi
N
11. Tentukan waktu normal
Wn = Ws x P
P = Faktor penyesuaian
12. Hitung waktu baku
Wb = Wo ( 1 + a )
a = Kelonggaran
Penerapan Teknologi dalam Dunia Logistik Kepelabuhanan
Dunia logistik dalam pengamatan saya terdiri dari 2 (dua):
- Logistik Kepabeanan
- Logistik Kepelabuhanan
LOGISTIK KEPABEANAN
Pengguna Jasa dalam dunia logistik kepabeanan senantiasa berhubungan dengan Customs Clearance. Namun hal ini hanya untuk arus barang eksportasi dan importasi. Sedangkan yang berkenaan dengan arus barang antar-pulau itu tidak proses kepabeanan.
Kecepatan waktu pengurusan logistik kepabeanan berhubungan erat dengan respon Bea Cukai dalam hal Barang Importasi, sedangkan untuk eksportasi lebih ke arah menjadi tanggung jawab Instansi Bea Cukai pelabuhan tujuan.
Berkenaan dengan barang importasi dan tanggung jawab Instansi Bea Cukai Pelabuhan Penerima maka proses percepatan arus barang bergantung pada filosofi Kepabeanan Indonesia.
Pengguna Jasa dalam dunia logistik kepabeanan senantiasa berhubungan dengan Customs Clearance. Namun hal ini hanya untuk arus barang eksportasi dan importasi. Sedangkan yang berkenaan dengan arus barang antar-pulau itu tidak proses kepabeanan.
Kecepatan waktu pengurusan logistik kepabeanan berhubungan erat dengan respon Bea Cukai dalam hal Barang Importasi, sedangkan untuk eksportasi lebih ke arah menjadi tanggung jawab Instansi Bea Cukai pelabuhan tujuan.
Berkenaan dengan barang importasi dan tanggung jawab Instansi Bea Cukai Pelabuhan Penerima maka proses percepatan arus barang bergantung pada filosofi Kepabeanan Indonesia.
Filosofi Kepabeanan Indonesia adalah senantiasa pre-inspection
(artinya setiap barang yang masuk senantiasa harus diperiksa –
pre-audit).
Customs Inspection ini ada yang dilakukan di Restricted Area (Lini I Pelabuhan) dan ada yang dilakukan di Kawasan Berikat/ Gudang Berikat.
Customs Inspection ini ada yang dilakukan di Restricted Area (Lini I Pelabuhan) dan ada yang dilakukan di Kawasan Berikat/ Gudang Berikat.
Singapura sebagai negara yang melayani Selat Malaka yakni: selat yang
tersibuk di Asia Tenggara menganut filosofi Kepabeanan post-audit,
artinya: Pengguna Jasa akan mengalami inspection hanya sekali-kali saja
yang dilakukan secara random.
Registrasi Pengguna Jasa di Singapura adalah sangat ketat dan wajib menempatkan dana deposit yang dimulai dari 35.000 SGD, 60.000 SGD, 90.000 SGD dan seterusnya.
Jika Singapura menganut filosofi pre-audit seperti yang diberlakukan di Indonesia maka sudah dapat dibayangkan Selat Malaka itu tidak terlayani yang dikarenakan proses kepabeanannya memakan waktu 3 s/d 5 hari.
Registrasi Pengguna Jasa di Singapura adalah sangat ketat dan wajib menempatkan dana deposit yang dimulai dari 35.000 SGD, 60.000 SGD, 90.000 SGD dan seterusnya.
Jika Singapura menganut filosofi pre-audit seperti yang diberlakukan di Indonesia maka sudah dapat dibayangkan Selat Malaka itu tidak terlayani yang dikarenakan proses kepabeanannya memakan waktu 3 s/d 5 hari.
Persoalannya di Indonesia sebagai negara katulistiwa yang membelah
dunia utara dan selatan secara alamiah adalah untuk menerapkan filosofi
post-audit maka identitas perusahaan importir harus dilengkapi dengan
alamat yang jelas dan pembenan dana deposit juga merupakan hal yang
belum tentu bisa diterapkan sekalipun saat ini sudah ada regulasi
penyetoran dana deposit sebesar Rp. 250 juta untuk memperoleh SRP (Surat
Registrasi Pabean).
Dan inipun masih mendapat keringanan tertentu yang dibantu oleh Asosiasi Freight Forwarder agar dana deposit untuk sebesar itu dapat dikurangi asal ada rekomendasi dari Gafeksi.
Identitas alamat yang jelas di Indonesia beresiko tinggi sehubungan dengan adanya kemudahan membuat akte perusahaan yang ‘nebeng’ alamat dan sebagainya sehingga hal ini mempengaruhi resiko kepabenanan.
Dan inipun masih mendapat keringanan tertentu yang dibantu oleh Asosiasi Freight Forwarder agar dana deposit untuk sebesar itu dapat dikurangi asal ada rekomendasi dari Gafeksi.
Identitas alamat yang jelas di Indonesia beresiko tinggi sehubungan dengan adanya kemudahan membuat akte perusahaan yang ‘nebeng’ alamat dan sebagainya sehingga hal ini mempengaruhi resiko kepabenanan.
LOGISTIK KEPELABUHANAN
Kompleksitas dalam logistik kepelabuhan sangat berkenaan dengan internal manajemen Pengguna Jasa; khususnya berkoordinasi dan berkomunikasi dalam satu siklus pengiriman barang.
Kompleksitas dalam logistik kepelabuhan sangat berkenaan dengan internal manajemen Pengguna Jasa; khususnya berkoordinasi dan berkomunikasi dalam satu siklus pengiriman barang.
Hakekatnya adalah: Operator Pelabuhan bekerja dan menerima data-data
rencana bongkar dan muat dari Pengguna Jasa itu seyogianya harus tetap
(fixed) tidak berubah sehingga data-data itu menjadi absah dalam
Perencanan Bongkar Muat yang akan dilakukan oleh Operator Pelabuhan.
Yang terjadi sekarang adalah data-data itu rentan berubah dan dinamis oleh karena koordinasi antara Perusahan Pelayaran, EMKL, Trucking Company dan Gudang Stripping/ Stuffing, DEPO itu tidak solid dalam hal kesiapan pelaksanaan pekerjaan dalam satu siklus mata rantai bongkar dan muat.
Yang terjadi sekarang adalah data-data itu rentan berubah dan dinamis oleh karena koordinasi antara Perusahan Pelayaran, EMKL, Trucking Company dan Gudang Stripping/ Stuffing, DEPO itu tidak solid dalam hal kesiapan pelaksanaan pekerjaan dalam satu siklus mata rantai bongkar dan muat.
PROGRESSIVE SOLUTION
Pada gambar di atas; maka di sistem ICT yang terpasang sudah ada sistem yang dapat memperlancar dan menjadikan transparan biaya-biaya yang harus dibayar oleh Pengguna Jasa.
Bahkan saat ini sedang dibuat suatu pembayaran yang dapat dilakukan secara online dari lokasi Kantor Pengguna Jasa berada sehingga tidak harus bolak-balik menghabiskan waktu dan biaya.
Selanjutnya, minimal tahun ini ada sistem yang akan di launching agar permasalahan sebagaimana tertera di atas dapat memberikan kontribusi penurunan biaya logistik, yakni: memudahkan koordinasi antara Perusahaan Pelayaran, Pemilik Barang Yang Dikuasakan, EMKL, PPJK, Container DEPOT dan sebagainya.
Pada gambar di atas; maka di sistem ICT yang terpasang sudah ada sistem yang dapat memperlancar dan menjadikan transparan biaya-biaya yang harus dibayar oleh Pengguna Jasa.
Bahkan saat ini sedang dibuat suatu pembayaran yang dapat dilakukan secara online dari lokasi Kantor Pengguna Jasa berada sehingga tidak harus bolak-balik menghabiskan waktu dan biaya.
Selanjutnya, minimal tahun ini ada sistem yang akan di launching agar permasalahan sebagaimana tertera di atas dapat memberikan kontribusi penurunan biaya logistik, yakni: memudahkan koordinasi antara Perusahaan Pelayaran, Pemilik Barang Yang Dikuasakan, EMKL, PPJK, Container DEPOT dan sebagainya.
Pada gambar di atas terlihat adanya pentahapan kegiatan solusi untuk
memberantas tingginya Biaya Logistik saat ini, yakni: tahap pertama
adalah hal-hal yang berkenaan langsung dengan Kepelabuhan. Dan tahap
kedua adalah hal-hal yang berkenaan dengan Manajamen Koordinasi dan
Komunikasi para mediasi company sebelum mengajukan permohonan layanan
kepelabuhanan sehingga data-data yang disampaikan merupakan data-data
yang valid, tidak berubah dan kalaupun berubah dapat segera secara
otomatis meng-update data-data tersebut sehingga dapat menjadi substansi
yang valid bagi pelabuhan dalam merencanakan kegiatan bongkar muat di
pelabuhan demi kelancaran, efisiensi, efektif untuk menurunkan biaya
logistik saat ini.
Oleh: Rudy Alfred Sangian (081352660049)
Selasa, 02 Oktober 2012
PENGURUS HMTI 2012
Kepengurusan HMTI STTD Dumai telah terpilih dengan ketua yang baru dan jajaran yang baru..............
Diharapkan Ahmad Septian sebagai ketua yg terpilih dapat mengayomi seluruh mahasiswa STTD dan khususnya pada mahasiswa Teknik Industri...
Banyak Pekerjaan yg belum selesai oleh pengurus lama..........dengan dipegangnya tampuk kekuasaan oleh ahmad septian membawa perubahan bagi HMTI.............mari kita dukung bersama - sama program yg telah dibuat oleh ketua.........beri kesempatan kepada ketua untuk menunaikan misi dan visi nya........
Kepada Pengurus lama ( IMAM & WAWAN ) agar dapat membimbing dan memberi masukan kepada pengurus yg baru...........
Seluruh Harapan kami berikan kepada Pengurus HMTI periode 2012 s/ 2013
Amin
Senin, 01 Oktober 2012
LEGENDA PUTRI TUJUH
Dulu,
Dumai hanyalah sebuah dusun nelayan yang sepi, berada di pesisir Timur
Propinsi Riau, Indonesia. Kini, Dumai yang kaya dengan minyak bumi itu,
menjelma menjadi kota pelabuhan minyak yang sangat ramai sejak tahun
1999. Kapal-kapal tangki minyak raksasa setiap hari singgah dan merapat
di pelabuhan ini. Kilang-kilang minyak yang tumbuh menjamur di sekitar
pelabuhan menjadikan Kota Dumai pada malam hari gemerlapan bak permata
berkilauan. Kekayaan Kota Dumai yang lain adalah keanekaragaman tradisi.
Ada dua tradisi yang sejak lama berkembang di kalangan masyarakat kota
Dumai yaitu tradisi tulisan dan lisan. Salah satu tradisi lisan yang
sangat populer di daerah ini adalah cerita-cerita rakyat yang dituturkan
secara turun-temurun. Sampai saat ini, Kota Dumai masih menyimpan
sejumlah cerita rakyat yang digemari dan memiliki fungsi moral yang amat
penting bagi kehidupan masyarakat, misalnya sebagai alat pendidikan,
pengajaran moral, hiburan, dan sebagainya. Salah satu cerita rakyat yang masih berkembang di Dumai adalah Legenda Putri Tujuh. Cerita legenda ini mengisahkan tentang asal-mula nama Kota Dumai.
Konon,
pada zaman dahulu kala, di daerah Dumai berdiri sebuah kerajaan bernama
Seri Bunga Tanjung. Kerajaan ini diperintah oleh seorang Ratu yang
bernama Cik Sima. Ratu ini memiliki tujuh orang putri yang elok nan
rupawan, yang dikenal dengan Putri Tujuh. Dari ketujuh putri tersebut,
putri bungsulah yang paling cantik, namanya Mayang Sari. Putri Mayang
Sari memiliki keindahan tubuh yang sangat mempesona, kulitnya lembut
bagai sutra, wajahnya elok berseri bagaikan bulan purnama, bibirnya
merah bagai delima, alisnya bagai semut beriring, rambutnya yang panjang
dan ikal terurai bagai mayang. Karena itu, sang Putri juga dikenal
dengan sebutan Mayang Mengurai.
Pada
suatu hari, ketujuh putri itu sedang mandi di lubuk Sarang Umai. Karena
asyik berendam dan bersendau gurau, ketujuh putri itu tidak menyadari
ada beberapa pasang mata yang sedang mengamati mereka, yang ternyata
adalah Pangeran Empang Kuala dan para pengawalnya yang kebetulan lewat
di daerah itu. Mereka mengamati ketujuh putri tersebut dari balik
semak-semak. Secara diam-diam, sang Pangeran terpesona melihat
kecantikan salah satu putri yang tak lain adalah Putri Mayang Sari.
Tanpa disadari, Pangeran Empang Kuala bergumam lirih, “Gadis cantik di
lubuk Umai....cantik di Umai. Ya, ya.....d‘umai...d‘umai....” Kata-kata
itu terus terucap dalam hati Pangeran Empang Kuala. Rupanya, sang
Pangeran jatuh cinta kepada sang Putri. Karena itu, sang Pangeran
berniat untuk meminangnya.
Beberapa
hari kemudian, sang Pangeran mengirim utusan untuk meminang putri itu
yang diketahuinya bernama Mayang Mengurai. Utusan tersebut mengantarkan
tepak sirih sebagai pinangan adat kebesaran raja kepada Keluarga
Kerajaan Seri Bunga Tanjung. Pinangan itu pun disambut oleh Ratu Cik
Sima dengan kemuliaan adat yang berlaku di Kerajaan Seri Bunga Tanjung.
Sebagai balasan pinangan Pangeran Empang Kuala, Ratu Cik Sima pun
menjunjung tinggi adat kerajaan yaitu mengisi pinang dan gambir pada
combol paling besar di antara tujuh buah combol yang ada di dalam tepak
itu. Enam buah combol lainnya sengaja tak diisinya, sehingga tetap
kosong. Adat ini melambangkan bahwa putri tertualah yang berhak menerima
pinangan terlebih dahulu.
Mengetahui
pinangan Pangerannya ditolak, utusan tersebut kembali menghadap kepada
sang Pangeran. “Ampun Baginda Raja! Hamba tak ada maksud mengecewakan
Tuan. Keluarga Kerajaan Seri Bunga Tanjung belum bersedia menerima
pinangan Tuan untuk memperistrikan Putri Mayang Mengurai.” Mendengar
laporan itu, sang Raja pun naik pitam karena rasa malu yang amat sangat.
Sang Pangeran tak lagi peduli dengan adat yang berlaku di negeri Seri
Bunga Tanjung. Amarah yang menguasai hatinya tak bisa dikendalikan lagi.
Sang Pangeran pun segera memerintahkan para panglima dan prajuritnya
untuk menyerang Kerajaan Seri Bunga Tanjung. Maka, pertempuran antara
kedua kerajaan di pinggiran Selat Malaka itu tak dapat dielakkan lagi.
Di
tengah berkecamuknya perang tersebut, Ratu Cik Sima segera melarikan
ketujuh putrinya ke dalam hutan dan menyembunyikan mereka di dalam
sebuah lubang yang beratapkan tanah dan terlindung oleh pepohonan. Tak
lupa pula sang Ratu membekali ketujuh putrinya makanan yang cukup untuk
tiga bulan. Setelah itu, sang Ratu kembali ke kerajaan untuk mengadakan
perlawanan terhadap pasukan Pangeran Empang Kuala. Sudah 3 bulan
berlalu, namun pertempuran antara kedua kerajaan itu tak kunjung usai.
Setelah memasuki bulan keempat, pasukan Ratu Cik Sima semakin terdesak
dan tak berdaya. Akhirnya, Negeri Seri Bunga Tanjung dihancurkan,
rakyatnya banyak yang tewas. Melihat negerinya hancur dan tak berdaya,
Ratu Cik Sima segera meminta bantuan jin yang sedang bertapa di bukit
Hulu Sungai Umai.
Pada
suatu senja, pasukan Pangeran Empang Kuala sedang beristirahat di hilir
Umai. Mereka berlindung di bawah pohon-pohon bakau. Namun, menjelang
malam terjadi peristiwa yang sangat mengerikan. Secara tiba-tiba mereka
tertimpa beribu-ribu buah bakau yang jatuh dan menusuk ke badan para
pasukan Pangeran Empang Kuala. Tak sampai separuh malam, pasukan
Pangeran Empang Kaula dapat dilumpuhkan. Pada saat pasukan Kerajaan
Empang Kuala tak berdaya, datanglah utusan Ratu Cik Sima menghadap
Pangeran Empang Kuala.
Melihat
kedatangan utusan tersebut, sang Pangeran yang masih terduduk lemas
menahan sakit langsung bertanya, “Hai orang Seri Bunga Tanjung, apa
maksud kedatanganmu ini?”. Sang Utusan menjawab, “Hamba datang untuk
menyampaikan pesan Ratu Cik Sima agar Pangeran berkenan menghentikan
peperangan ini. Perbuatan kita ini telah merusakkan bumi sakti rantau
bertuah dan menodai pesisir Seri Bunga Tanjung. Siapa yang datang dengan
niat buruk, malapetaka akan menimpa, sebaliknya siapa yang datang
dengan niat baik ke negeri Seri Bunga Tanjung, akan sejahteralah
hidupnya,” kata utusan Ratu Cik Sima menjelaskan. Mendengar penjelasan
utusan Ratu Cik Sima, sadarlah Pangeran Empang Kuala, bahwa dirinyalah
yang memulai peperangan tersebut. Pangeran langsung memerintahkan
pasukannya agar segera pulang ke Negeri Empang Kuala.
*Keesokan
harinya, Ratu Cik Sima bergegas mendatangi tempat persembunyian ketujuh
putrinya di dalam hutan. Alangkah terkejutnya Ratu Cik Sima, karena
ketujuh putrinya sudah dalam keadaan tak bernyawa. Mereka mati karena
haus dan lapar. Ternyata Ratu Cik Sima lupa, kalau bekal yang disediakan
hanya cukup untuk tiga bulan. Sedangkan perang antara Ratu Cik Sima
dengan Pangeran Empang Kuala berlangsung sampai empat bulan.
Akhirnya,
karena tak kuat menahan kesedihan atas kematian ketujuh putrinya, maka
Ratu Cik Sima pun jatuh sakit dan tak lama kemudian meninggal dunia.
Sampai kini, pengorbanan Putri Tujuh itu tetap dikenang dalam sebuah
lirik:
Umbut mari mayang diumbut
Mari diumbut di rumpun buluh
Jemput mari dayang dijemput
Mari dijemput turun bertujuh
Mari diumbut di rumpun buluh
Jemput mari dayang dijemput
Mari dijemput turun bertujuh
Ketujuhnya berkain serong
Ketujuhnya bersubang gading
Ketujuhnya bersanggul sendeng
Ketujuhnya memakai pending
Ketujuhnya bersubang gading
Ketujuhnya bersanggul sendeng
Ketujuhnya memakai pending
Sejak
peristiwa itu, masyarakat Dumai meyakini bahwa nama kota Dumai diambil
dari kata “d‘umai” yang selalu diucapkan Pangeran Empang Kuala ketika
melihat kecantikan Putri Mayang Sari atau Mayang Mengurai. Di Dumai juga
bisa dijumpai situs bersejarah berupa pesanggarahan Putri Tujuh yang
terletak di dalam komplek kilang minyak PT Pertamina Dumai. Selain itu,
ada beberapa nama tempat di kota Dumai yang diabadikan untuk mengenang
peristiwa itu, di antaranya: kilang minyak milik Pertamina Dumai diberi
nama Putri Tujuh; bukit hulu Sungai Umai tempat pertapaan Jin diberi
nama Bukit Jin. Kemudian lirik Tujuh Putri sampai sekarang dijadikan nyanyian pengiring Tari Pulai dan Asyik Mayang bagi para tabib saat mengobati orang sakit.
Sumber:
- Disadur dari buku: Legenda Putri Tujuh: Asal Mula Kota Dumai. Yogyakarta: Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu bekerja sama dengan Adicita Karya Nusa, 2005.
- http://matanui.web.id/index.php?option=com_content&task=view&id=117&Itemid=13
Langganan:
Postingan (Atom)
Komentar Anda
Tulislah dengan kata - kata Sopan